Minggu, 20 November 2011

kritik media part 1

yah inilah suatu kebiasaan yang mungkin masih belum bisa dijauhkan dari kehidupan kita mengkritik!!! dan mungkin tanpa saran... padahal sejatinya kita manusia paling tidak suka dikritik..kita sukanya dipuji bukan?? hmmm kali ini saya tak akan mengkritik seseorang tapi sebuah program acara di media... tepatnya di salah satu media yang paling banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia yaitu TV..

Oke kenapa saya harus melakukan ini... hm hmm saya sadari benar saya bukanlah seorang praktisi media, saya mungkin tak berhak melakukan ini tapi apalah daya saat reformasi mulai diluncurkan (emg album ya =)) hampir satu dekade yang lalu, saat itulah masyarakat Indonesia tak perlu lagi takut berbicara di depan umum, dan tentunya kritik menjadi salah satu hal yang sah-sah saja dilakukan bukan?? ehmm harapan saya tidak terlalu muluk, saya hanya ingin kita semua bukan hanya menikmati produk-produk media, tapi kita juga harus cerdas dalam memilih media dan produk dari media.. cerdas berpikir bukan hanya menelan mentah-mentah apa yang mereka produksi...hanya itu...dan disinilah saya ingin curahkan beberapa kejanggalan yang saya temukan dalam sebuah acara di salah satu televisi swasta di Indonesia...

Setiap minggu sore tepatnya jam stengah 5 ada sebuah acara yang unik pada awalnya (bila kita melihat untuk pertama kali) acara reality show yang sebenarnya merupakan diferensiasi dari acara yang beberapa tahun lalu cukup terkenal yaitu bedah rumah..namun dalam acara yang saya bahas kali ini bukan rumah yang dibedah melainkan WARUNG...

Siapapun pasti tau warung..di sebelah rumah, di dekat kosan, didekat kampus, di kampung, di pinggir jalan puluhan bahkan ratusan warung kita temui dan menu yang kita temui di warung mungkin ga akan jauh2 dari lotek, baso, kupat tahu, nasi goreng, sate, soto,ayam penyet, batagor, kopi susu, teh, es jerman dsb.. iyaah warung identik dengan makanan dgn low price namun kuantitas sesuai harapan perut, yang kadang mengabaikan rasa... dan desain warung tentu ga muluk-muluk asal semua barang bisa masuk ke warung tersebut dan ada tempat duduk selesai warung pun sah-sah ajah berdiri dan melakukan aktivitasnya... (meskipun kotor, tdk enak dipandang)

Namun rupanya ada orang kreatif yang memanfaatkan warung sebagi inti dari acara mereka yaitu membedah warung seorang warga tiap minggunya.. format acaranya diawali dengan kehadiran arsitek perempuan ke warung yang akan dibedah, ia berlagak seperti calon pembeli yang akan membeli masakan di warung tersebut entah baso, lotek, batagor dsb beberapa saat kemudian cewek tersebut akan memberitahukan ke penjual tadi (biasnaya ibu-ibu setengah baya dan sudah janda) bahwa warungnya akan dibedah oleh tim dalam waktu singkat.Singkat cerita selama dibedah ibu tadi beserta anak perempuannya akan dibawah ke suatu tempat ditemani oleh seorang chef laki2 yang akan mengajarinya masak sebagi menu baru warung ibu penjual tersebut bila warungnya selesai dibedah... kelucuan mungkin mulai tampak disni... ibu tersbut beserta anak perempuannya akan diberi tantangan belanja kebutuhan memasak mereka di pasar dengan sejumlah uang...setelah selesai belanja mereka akan menuju ke suatu tempat untuk mulai memasak...

Tampak sangat mulia dan normal-normal saja.. namun mulai janggal ketika sang chef memberitahukan bahwa menu yang ia buat sebagai salah satu menu yang akan dijual di warung ibu tadi antara lain onion rings, surabi ayam spesial (burger surabi), nasi goreng Thailand, baso barbequ with paprika dsb... kalau anda tidak merasa ada yang aneh... berarti saya yang aneh ya... hehe menurut saya apakah cocok semua menu itu untuk seorang ibu2 penjual lotek dan mi baso kelas warung di kampung yang cukup kumuh, dengan tentunya penghasilan rata-rata mereka tidaklah banyak...

Selanjutnya ibu penjual tadi mengikuti, melihat, membantu sang chef untuk masak menu-menu tersebut (tiap episode 2 menu yang diajarkan), tampak disana ibu penjual tadi bingung dengan semua yang ada disaat itu.. ketika disebutkan oleh chef bahan2 seperti paprika ibu tadi mengernyit, disebutkan lagi bahannya bawang bombay ibu tersebut manggut-manggut (dengan galau), dan ketika yang disebutkan adalah keju slice ibu tersebut makin galau. Dan setelah menu jadi, dengan taburan keju disana sini, paprika bakar, garnish selada, timun, tomat di piring, tingkat kegalauan ibu lugu tadi menjadi tingkat dewa (bahasa gaul jaman skr) lalu mereka pun beranjak pergi pulang melihat hasil kerja tim. Yahaaa seperti yang sudah2, keadaan pun menjadi mengharukan ketika ibu penjual lotek tadi turun dari mobil disambut oleh para warga bak bintang (seperti Angelina Jolie turun menghadiri acara Oscar melalui red carpet dgn lambaian tangan dan dielu-elukan oleh siapapun disana) dan ketika tirai dibuka ibu tersebut nangis terharu karena warungnya yang awalnya kotor, kumuh, menjadi sebuah tempat yang sangat bagus (seperti desain cafe/ restoran dengan full color dan perabot yang unik dan sangat menarik). Menyenangkan?? tentu...

Pertanyaannya adalah dengan warung yang berubah wujud seperti itu apakah ibu tadi akan tetap menjual lotek sementara warung tersebut sudah terkenal dengan loteknya yang enak...hmm apakah menu yang dibuat oleh chef tadi juga tepat untuk dijual di warung tersebut??

Pertanyaan yang kdua mungkin akan menjadi janggal kalau dijwab iya. Mungkin memang warung tersebut sangat cocok dengan menu kebarat-baratan yang diajarkan oleh chef tersebut, namun apakah tim lupa bahwa warung tersebut berasa di kampung padat penduduk dengan target market yang seperti itu apakah cocok kiranya menu tersebut dijual?? berapa kira-kira harga onion ring, paprika bakar, burger surabi dengan keju slice dan ayam spesial layak dijual?? apakah masyarakat setempat memiliki daya beli untuk semua barang itu ? sementara ibu penjual lotek sendiri terasa awam dengan paprika, bombay, keju yang menjadi salah satu bahan masakan tersbut..dan darimana kira-kira ibu mendapatkan modal untuk berjualan menu tersebut sementara modal lotek saja kembang kempis adanya.

hmmm acara itu bagus, memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi namun menjadi semacam bumerang ketika sedikit memasukkan adegan atau hal yang nyeleneh semacam itu...lagi-lagi ini menurut saya.. selayaknya sebuah acara dengan jangkauan penonton se Indonesia harusnyaa kraetif acara lebih berhati-hati dalam memproduksi sebuah acara... bukankah lebih baik chef yang dihadirkan mengajari menu-menu yang lebih down to earth disesuaikan dengan target market warung si ibu tadi to?? sehingga akan tercapai tujuan dari adegan tersebut yakni mmebrikan inspirasi yang nyata dan jelas berkenaan agar tidak terjadi kebosanan pada konsumen lotek tersebut.. dan dengan bahan-bahan yang lebih real kemungkinan eksekusipun menu tersebut menjadi besar...hmmm

 semua tulisan ini menurut saya lho...sementara anda?? mungkin saja tak sependapat dengan saya.. apapun itu saya telah menulis...menulis kejanggalan dalam hati dan pikiran supaya tidak menjadikan sebuah kegalauan...kegalauan tehadapat ibu penjual lotek itu... =)

Bandung, 2011-20211 (dalam birunya kamar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar