Jumat, 17 Juni 2011

ibu...ya beliau ibuku...

karena bumi itu berputar... kita pun berputar... di bawah... lalu naik ke atas...dan kalo sudah ke atas rasanya tak rela harus turun lagi ke bawah... semua ujian... ketika di atas itu ujian...dan di bwah pun merupakan ujian pula bagi kita... tak pernah merasakan hidup yang sangat susah... 

saat itu kecil... di desa... yang aku ingat adalah kenangan yang indah.. sepulang sekolah TK, ibu sudah bersiap membocengkanku dengan sepeda jengki biru menuju pasar tradisional di kecamatan... menemani beliau berbelanja membeli segala macam...mulai dari tepung, minyak goreng, sabun, odol, sikat gigi, obat nyamuk bakar baygon, autan, jajanan, chiki, permen, timun, sayur, tutug, kelapa, pisang, mangga, semangka, melon, jambu air, pepaya, krupuk... pokoknya semua barang dagangan untuk mengisi lapak kecil d rumah kakek...sampe aku melihatnya sangat keberatan membawa semua itu.. namun aku pun tak kuat membantunya karena saat itu memang aku masih kecil...dan seperti menjadi kebiasaan tiap ke pasar aku selalu minta dibelikan bando, jepit rambut, kuncir rambut warna, itulah upah wajibku selama menemai ibu berbelanja... dan saat pulang sembari dibantu tukang parkir sepeda ibu tak tampak seperti sepeda... karena tak ada tempat kosong sama sekali semua penuh dengan belanjaan... dengan penuh semangat ibu mengayuhnya... tak ada adegan minum atau melepas lelah sama sekali... beliau begitu bersemangat dan begitu kuat... 

sesampai dirumah sudah tampak anak-anak kecil kampung yang menunggu kedatangan ibu dengan jajan yang dibelinya dipasar.. chiki berhadiah langsung menjadi barang yang paing dicari.. sembari di bantu kakek menurunkan barang-barang, lalu ibu memarkir sepeda kesayangannya dan kemudian menata barang-barang dagangannya... transaksi jual beli pun terjadi...  teras kecil itu sangat ramai, karena di gang kampung itu hanya rumah kakeklah yang berjualan... 

itu terjadi saat tahun sekitar tahun 1990 hingga 1996...sampe akhirnya aku harus ikut ayah untuk sekolah di sby... kenangan itupun berakhir... tak ad lagi yang membelikan aku bando..pita...sandal warna-warna...rok... tak ada lagi... dan kini aku berdiri disini...tak lagi kecil... aku telah dewasa.. tak lagi TK...namun kenangan itu tak lengkang sedikitpun oleh waktu.. aku bukan lagi anak semata wayang...tp aku kini anak pertama dari tujuh bersaudara... 

ibu masih bersemangat..namun ada satu nilai yang benar2 berubah dari sosoknya kini...entah apa... smua karena waktu yang terus berputar... arus surabaya begitu beda dgn desa itu... meskipun kesederhanaannya msih lekat namun kukatakan kemodernan jg mulai menggerus kesederhanaan itu... ah sudahlah tanpa ibuku aku tak mngkin menjadi aku yg skrg... harapannya akan aku sgt tinggi hingga aku takut...begitu takut mengecewakannya... brusan mendengar suaranyaa... mengingatkan lagi pada sosoknya... sosok yang dlu memboncengkanku dgn sepeda jengki itu... 

-tak ingin kehilanganmu ibu... aku akan berjuang memenuhi semua ekspektasimu akanku...-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar